Mari Kita Mendaur Ulang Kertas

Gambar Hanya Ilustrasi

Di tahun 2010, ada sebuah stasiun televisi yang sangat mengubah paradigma dunia yang juga menginspirasi ku. Stasiun televisi tersebut adalah saluran Cinta Kasih, Daai TV. Daai TV adalah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi yang bergerak dibidang Lingkungan dan Kemanusiaan yang bersifat Humanis. Acara-acara televisi mereka banyak sekali mengisahkan hal-hal yang bermakna seperti saat itu isu Global Warming, penghijauan, daur ulang sampah (3R, Reuse, Reduce, Recycle), dan juga bagaimana kita bersumbangsih dan berkontribusi dalam kehidupan alam dan sesame manusia. Isu-isu tersebut sangat diangkat oleh stasiun televisi tersebut.

Aku sangat ingat, bagaimana saat itu stasiun Daai TV sangat menginspirasi ku, bocah SMP kelas 9. Aku sangat ingat dengan jelas, di semester dua di kelas 9, aku mulai praktek membuat bubur kertas yang dicampur lem. Bagi anak-anak yang lain, untuk membuat kertas daur ulang harus menggunakan lem fox tapi aku mengganti lem mahal tersebut dengan tepung sagu.

Di keluarga ku, mungkin hanya aku yang begitu kritis soal daur ulang kertas. Aku mulai menghancurkan koran-koran yang tak terpakai dengan air dan membuat bubur kertas kemudian menambahkan tepung sagu ke dalam bubur kertas, kemudian mendiamkannya semalam. Esok harinya aku mulai menyaring cairan kertas tersebut dengan saringan dapur yang cetek, kemudian menjemurnya di bawah sinar matahari hingga kering. Aku sangat puas, karena cukup banyak kertas daur ulang yang kuhasilkan.

Tentu hal ini hanya aku yang berinisiatif lakukan sendiri tanpa disuruh orang tua, sekolah, mau pun Vihara. Kertas daur ulang tersebut kupakai untuk kotrekan mata pelajaran Matematika.

Daur ulang kertas yang kedua. Dari kelas 7 hingga kelas 9, aku tidak pernah membuang buku catatan Pelajaran ku. Karena buku-buku dari kelas 7 harus aku simpan sampai kelas 9 sebagai bahan Pelajaran untuk Ujian Akhir Nasional. Dan karena banyak sekali sisa-sisa kertas kosong di buku-buku catatan yang lalu-lalu, aku merobek kertas-kertas yang masih kosong dan layak pakai tersebut dari buku-buku catatan yang aku simpan. Kemudian mengumpulkannya dan menjahitnya menjadi sebuah buku dengan cover buku bekas yang menurutku paling bagus dan kemudian meminta tolong nenek ku untuk menjahitnya agar tidak terlepas-lepas. Dan kemudian aku memakainya di sekolah sebagai buku catatan.

Aku sangat bangga sekali. Teman sebangku ku memuji ku sangat kreatif. Dan itulah hal pertama yang kulakukan yang sangat kuingat dan masih ku simpan di hati hingga saat ini.

Popular posts from this blog

Kisah di Balik Cetya Rumah Saya

Perasaan Sebagai Ksatria

Toko Jamu "Tjap Nyonya Kaya" Milik Ryu Kintaro

Janji Sehidup Semati (Memperbaiki Hubungan Suami Istri)

Mengenang Ko Aming

Mengenang Ko Andri (Li Ciang She/Penceramah Li)

Kembang Tahu Matahari

Mengenang Alexander Arvy

Nasi Campur Che It dan Cap Go