Mengenang Alexander Arvy
![]() |
Alexander Arvy saat menjadi Panitia di acara Pentas Seni Sekolah |
Sebelumnya
di SMP aku kenal dengan Arvy tetapi tidak terlalu dekat. Namun ketika di SMK
karena sekelas, tak sangka aku bisa menjadi sangat dekat dengan anak yang suka Pelajaran
Matematika dan IPA itu.
Saat itu
di kelas 10, ia disuruh wali kelas untuk duduk berpasangan denganku karena
nilai IPA dan Matematika ku sangat buruk. Pengaturan duduk itu pun dilakukan
agar aku bisa belajar bersama dengan dia. Saat duduk dengan dia, bisa dibilang
dia sangat ketat dalam mengajariku. Bahkan tidak mengizinkan ku menyontek ulangannya
sama sekali. Bisa dibilang ia mendewasakan jiwa kekanak-kanakkan ku yang
terakumulasi dari pergaulan semasa SMP.
Awalnya,
aku tidak terbiasa dengan kehidupan SMK yang teman sekelas ku semua hampir rata-rata
anak laki-laki (hanya tiga orang siswa wanita di kelas ku). Aku yang di
kehidupan SMP, yang semua temanku hampir rata-rata anak perempuan, harus
berusaha keras menyesuaikan lingkungan SMK. Ditambah lagi rata-rata siswa di
kelas ku merupakan anak-anak yang nakal dan jurusan ku masih sangat baru di SMK
Strada Daan Mogot (aku adalah Angkatan pertama jurusan Animasi di SMK Strada
Daan Mogot). Jujur, aku sangat kesulitan beradaptasi. Saat itu, Bu Okta
menyuruhku duduk dengan Alexander Arvy yang juga merupakan teman SMP ku,
membuatku bersyukur. Setidaknya aku bisa “nyeleneh” dan apa adanya di depan
dia.
Dia setahun
lebih muda dariku, tapi cara pikirnya sangat dewasa dibanding diriku dalam
segala bidang. Tapi aku benar-benar sangat bersyukur ada dia di sampingku
sampai aku tamat SMK. Aku terbantu dengan hal-hal yang dia pelajari dan rasa
sabarnya yang mengajarkan diriku, meskipun kadang dia marah-marah.
Sampai
suatu masa di kelas 12, dia bercerita tentang kakak perempuannya yang menderita
gagal ginjal. Ciri-ciri yang dialami kakaknya adalah, kakaknya sering merasa masuk angin, dan sering meminta kerik kepada dirinya (Arvy). Arvy bercerita hingga menangis. Aku turut bersedih dengan hal itu dan hanya bisa memberi penghiburan baginya. Tetapi, beberapa hari kemudian dia tidak masuk
sekolah hingga waktu yang cukup lama.
Saat masuk
sekolah pinggangnya sakit sekali katanya. Rupanya ia menjalani pemeriksaan
ginjal dengan cara menusuk pinggang dan mengambil langsung sample daging ginjal
di dalam tubuhnya dan kemudian diperiksa di laboratorium rumah sakit.
Saat itu,
ia mengalami masalah ginjal tapi belum cukup parah, sehingga dokter berkata
masih bisa diobati dengan obat. Tapi saat mengonsumsi obat tersebut hal itu
berdampak pada hormonnya. Hormonnya menjadi tidak teratur. Saat itu ia berkata,
ciri awal adanya gangguan ginjal adalah air seninya berbusa, itu menandakan ada
protein yang bocor dalam urinnya. Di sisi lain ketika kakak perempuannya
memeriksa Kesehatan ginjalnya, keluarganya juga memutuskan untuk memeriksakan
Kesehatan ginjal Arvy. Dan sangat disayangkan sekali, hasilnya kurang bagus. Sehingga
menjalankan pengobatan yang berdampak pada penumbuhan jerawat di seluruh wajah
hingga ke kepala Arvy. Di semester terakhir di SMK, Arvy harus memangkas habis
seluruh rambutnya akibat jerawat yang tersebar di seluruh tubuhnya dan juga hal itu merupakan dampak dari
pengobatan ginjal yang dilakukan Arvy.
Meskipun
begitu, di akhir-akhir tahun SMK, ia masih sangat optimis untuk sehat kembali.
Aku dan teman-teman yang biasa pulang sekolah dengannya mendoakan, agar ia
cepat sembuh dan kami semua optimis bahwa Kesehatan ginjalnya akan segera
membaik.
Setelah
kelulusan, aku masih merindukan dirinya. Aku pernah secara tidak sengaja
bertemu dengan dirinya di Pasar Swalayan Super Indo. Jujur saat itu aku ada ketidak-wajaran
dalam berpikir, bahwa aku akan sangat malu juga bertemu dengan teman lama ku
hanya karena seusai SMK, Pendidikan ku di kuliah kurang baik. Dan aku takut,
nantinya dia akan menanyai kabar ku dan mengecewakan dirinya.
Dirinya
saat itu sudah sangat berubah. Rambutnya tumbuh kembali, tubuhnya yang agak
berisi menjadi kurus dan tinggi. Dia mengenakan baju warna hitam. Dan entah
sejak kapan dia menjadi gagah dan tegap.
Dia
mencidukku kabur dari dirinya ke blok lain dan muncul di hadapanku secara
mendadak. Dia sangat senang bertemu denganku dan aku sangat malu dengan hal
itu. Yah, saat itu aku dengan keluarga ku membeli keperluan dan dia ternyata
sedang berbelanja bulanan bersama keluarganya. Saat itu ia dan keluarga sedang
berbelanja beras yang sedang diskon.
Dari sana,
setiap hari ulang tahunnya di setiap tahun, aku mengucapkan “happy birthday” di
akun Facebook nya. Sampai suatu saat, dia mengomentari post ku yang tak
kusangka itu menjadi pesan terakhirnya. Kurang lebih komentarnya; “laksmana…
kangen nih”. Dan setahun kemudian, tepatnya di tahun 2016, kabar yang sangat menyayat hati pun terdengar
olehku.
Arvy telah
berpulang ke rumah Bapa. Aku bersama Martin dan Vinsensia pergi ke rumah duka
tempat Alexander Arvy disemayamkan. Saat melihat kami, ayah dan ibunya sangat
senang dengan kehadiran teman-temannya. Saat melihatku, ternyata ibunya masih
mengingatku. Ternyata saat TK aku pernah satu kelas dengannya di TK Strada
Santa Maria II. Dan saat menunggu kami berdua di sekolah, ternyata ibuku dan
ibunya pernah saling ngobrol bersama. Ibunya masih ingat, saat makan pagi di
sekolah, ibuku ternyata suka membeli Ketoprak tanpa bawang dan ibunya masih
ingat ibuku adalah seorang vegetarian.
Aku sangat
tersentuh sekaligus bersedih. Ayah dan Ibu yang baik, tapi harus kehilangan kedua
anaknya. Kakak pempuannya ternyata telah terlebih dahulu pergi ke rumah Bapa
dua tahun sebelum kepergian Arvy. Dan bersamaan dengan itu, kesehatan ginjal
Arvy kian memburuk. Aku sangat sedih melihat ibunya, ibunya sangat sedih dan mempertanyakan
dirinya, apakah ia tidak mengurus Arvy dengan benar? Padahal masak semua sudah
memasak makanan dengan baik. Aku sangat sedih melihat hal ini tapi juga tidak
bisa membantu apa-apa. Hanya mampu memberikan penghiburan bagi kedua orang
tuanya. Sekali lagi, terima kasih Arvy atas jasa-jasa mu selama di SMK yang
dengan sabar mau berteman denganku dan mengajariku banyak hal. Aku sangat
merindukan mu dan semoga kita bisa bertemu di kehidupan yang lain. Semoga Arvy
tenang di surga yah. Salam kangen.