Mengenang Alexander Arvy

Alexander Arvy saat menjadi Panitia
di acara Pentas Seni Sekolah

Tahun ini adalah waktunya aku resmi menjadi siswa SMK. Tahun itu adalah tahun 2010, aku masuk jurusan Animasi dan kembali bertemu dengan Alexander Arvy.

Sebelumnya di SMP aku kenal dengan Arvy tetapi tidak terlalu dekat. Namun ketika di SMK karena sekelas, tak sangka aku bisa menjadi sangat dekat dengan anak yang suka Pelajaran Matematika dan IPA itu.

Saat itu di kelas 10, ia disuruh wali kelas untuk duduk berpasangan denganku karena nilai IPA dan Matematika ku sangat buruk. Pengaturan duduk itu pun dilakukan agar aku bisa belajar bersama dengan dia. Saat duduk dengan dia, bisa dibilang dia sangat ketat dalam mengajariku. Bahkan tidak mengizinkan ku menyontek ulangannya sama sekali. Bisa dibilang ia mendewasakan jiwa kekanak-kanakkan ku yang terakumulasi dari pergaulan semasa SMP.

Awalnya, aku tidak terbiasa dengan kehidupan SMK yang teman sekelas ku semua hampir rata-rata anak laki-laki (hanya tiga orang siswa wanita di kelas ku). Aku yang di kehidupan SMP, yang semua temanku hampir rata-rata anak perempuan, harus berusaha keras menyesuaikan lingkungan SMK. Ditambah lagi rata-rata siswa di kelas ku merupakan anak-anak yang nakal dan jurusan ku masih sangat baru di SMK Strada Daan Mogot (aku adalah Angkatan pertama jurusan Animasi di SMK Strada Daan Mogot). Jujur, aku sangat kesulitan beradaptasi. Saat itu, Bu Okta menyuruhku duduk dengan Alexander Arvy yang juga merupakan teman SMP ku, membuatku bersyukur. Setidaknya aku bisa “nyeleneh” dan apa adanya di depan dia.

Dia setahun lebih muda dariku, tapi cara pikirnya sangat dewasa dibanding diriku dalam segala bidang. Tapi aku benar-benar sangat bersyukur ada dia di sampingku sampai aku tamat SMK. Aku terbantu dengan hal-hal yang dia pelajari dan rasa sabarnya yang mengajarkan diriku, meskipun kadang dia marah-marah.

Sampai suatu masa di kelas 12, dia bercerita tentang kakak perempuannya yang menderita gagal ginjal. Ciri-ciri yang dialami kakaknya adalah, kakaknya sering merasa masuk angin, dan sering meminta kerik kepada dirinya (Arvy). Arvy bercerita hingga menangis. Aku turut bersedih dengan hal itu dan hanya bisa memberi penghiburan baginya. Tetapi, beberapa hari kemudian dia tidak masuk sekolah hingga waktu yang cukup lama.

Saat masuk sekolah pinggangnya sakit sekali katanya. Rupanya ia menjalani pemeriksaan ginjal dengan cara menusuk pinggang dan mengambil langsung sample daging ginjal di dalam tubuhnya dan kemudian diperiksa di laboratorium rumah sakit.

Saat itu, ia mengalami masalah ginjal tapi belum cukup parah, sehingga dokter berkata masih bisa diobati dengan obat. Tapi saat mengonsumsi obat tersebut hal itu berdampak pada hormonnya. Hormonnya menjadi tidak teratur. Saat itu ia berkata, ciri awal adanya gangguan ginjal adalah air seninya berbusa, itu menandakan ada protein yang bocor dalam urinnya. Di sisi lain ketika kakak perempuannya memeriksa Kesehatan ginjalnya, keluarganya juga memutuskan untuk memeriksakan Kesehatan ginjal Arvy. Dan sangat disayangkan sekali, hasilnya kurang bagus. Sehingga menjalankan pengobatan yang berdampak pada penumbuhan jerawat di seluruh wajah hingga ke kepala Arvy. Di semester terakhir di SMK, Arvy harus memangkas habis seluruh rambutnya akibat jerawat yang tersebar di seluruh tubuhnya dan juga hal itu merupakan dampak dari pengobatan ginjal yang dilakukan Arvy.

Meskipun begitu, di akhir-akhir tahun SMK, ia masih sangat optimis untuk sehat kembali. Aku dan teman-teman yang biasa pulang sekolah dengannya mendoakan, agar ia cepat sembuh dan kami semua optimis bahwa Kesehatan ginjalnya akan segera membaik.

Setelah kelulusan, aku masih merindukan dirinya. Aku pernah secara tidak sengaja bertemu dengan dirinya di Pasar Swalayan Super Indo. Jujur saat itu aku ada ketidak-wajaran dalam berpikir, bahwa aku akan sangat malu juga bertemu dengan teman lama ku hanya karena seusai SMK, Pendidikan ku di kuliah kurang baik. Dan aku takut, nantinya dia akan menanyai kabar ku dan mengecewakan dirinya.

Dirinya saat itu sudah sangat berubah. Rambutnya tumbuh kembali, tubuhnya yang agak berisi menjadi kurus dan tinggi. Dia mengenakan baju warna hitam. Dan entah sejak kapan dia menjadi gagah dan tegap.

Dia mencidukku kabur dari dirinya ke blok lain dan muncul di hadapanku secara mendadak. Dia sangat senang bertemu denganku dan aku sangat malu dengan hal itu. Yah, saat itu aku dengan keluarga ku membeli keperluan dan dia ternyata sedang berbelanja bulanan bersama keluarganya. Saat itu ia dan keluarga sedang berbelanja beras yang sedang diskon.

Dari sana, setiap hari ulang tahunnya di setiap tahun, aku mengucapkan “happy birthday” di akun Facebook nya. Sampai suatu saat, dia mengomentari post ku yang tak kusangka itu menjadi pesan terakhirnya. Kurang lebih komentarnya; “laksmana… kangen nih”. Dan setahun kemudian, tepatnya di tahun 2016, kabar yang sangat menyayat hati pun terdengar olehku.

Arvy telah berpulang ke rumah Bapa. Aku bersama Martin dan Vinsensia pergi ke rumah duka tempat Alexander Arvy disemayamkan. Saat melihat kami, ayah dan ibunya sangat senang dengan kehadiran teman-temannya. Saat melihatku, ternyata ibunya masih mengingatku. Ternyata saat TK aku pernah satu kelas dengannya di TK Strada Santa Maria II. Dan saat menunggu kami berdua di sekolah, ternyata ibuku dan ibunya pernah saling ngobrol bersama. Ibunya masih ingat, saat makan pagi di sekolah, ibuku ternyata suka membeli Ketoprak tanpa bawang dan ibunya masih ingat ibuku adalah seorang vegetarian.

Aku sangat tersentuh sekaligus bersedih. Ayah dan Ibu yang baik, tapi harus kehilangan kedua anaknya. Kakak pempuannya ternyata telah terlebih dahulu pergi ke rumah Bapa dua tahun sebelum kepergian Arvy. Dan bersamaan dengan itu, kesehatan ginjal Arvy kian memburuk. Aku sangat sedih melihat ibunya, ibunya sangat sedih dan mempertanyakan dirinya, apakah ia tidak mengurus Arvy dengan benar? Padahal masak semua sudah memasak makanan dengan baik. Aku sangat sedih melihat hal ini tapi juga tidak bisa membantu apa-apa. Hanya mampu memberikan penghiburan bagi kedua orang tuanya. Sekali lagi, terima kasih Arvy atas jasa-jasa mu selama di SMK yang dengan sabar mau berteman denganku dan mengajariku banyak hal. Aku sangat merindukan mu dan semoga kita bisa bertemu di kehidupan yang lain. Semoga Arvy tenang di surga yah. Salam kangen.

 

Popular posts from this blog

Kisah di Balik Cetya Rumah Saya

Perasaan Sebagai Ksatria

Toko Jamu "Tjap Nyonya Kaya" Milik Ryu Kintaro

Janji Sehidup Semati (Memperbaiki Hubungan Suami Istri)

Mengenang Ko Aming

Mengenang Ko Andri (Li Ciang She/Penceramah Li)

Mari Kita Mendaur Ulang Kertas

Kembang Tahu Matahari

Nasi Campur Che It dan Cap Go