Motivasi Membaca Paritta
"Dahulu, aku tidak terlalu termotivasi untuk membaca Paritta. Sampai aku mengunjungi sebuah Kelenteng yang bersembahyang kepada Dewi Kwan Im, semuanya pun berubah".
Ketika terlahir namaku adalah Wang Bing Sheng (王炳盛)yang maknanya subur dan panas. Saat itu nama Bing Sheng didapatkan dari hasil perhitungan BaZi. Namun saat itu, aku menjadi sering sakit dan menangis. Menurut orang zaman dahulu, hal itu terjadi karena namaku mempunyai makna yang sangat berat dan tubuhku belum cukup kuat untuk menerimanya. Beberapa orang menyarankan orang tua ku untuk pergi ke sebuah Kelenteng Dewi Kwan Im di daerah Taman Cibodas untuk memeriksa kesehatan dan mengganti namaku.
Singkat kata, kedua orang tuaku pergi ke Kelenteng Dewi Kwan Im untuk menanyakan nama apa yang cocok untukku. Saat itu pemilik Kelenteng itu "dipinjam raga"nya oleh Dewi Kwan Im lalu merekomendasikan beberapa nama untukku, Xiao Die atau Xiao Di? Saat itu ibuku berpikir, "anakku laki-laki tidak mungkin pakai nama Xiao Die." Semenjak saat itu nama panggilanku berganti menjadi Xiao Di, yang berarti adik laki-laki yang paling kecil. Sejak saat itu pun kesehatan berangsur-angsur pulih.
Seiring berjalannya waktu, anak yang bernama Xiao Di itu beranjak dewasa. Banyak hal yang dilalui tapi tak bisa mengelak bahwa aku adalah "anak yang terpilih".
Usai lulus dari SMK, aku kuliah. Dan saat semester empat, secara mendadak aku sakit yang didiagnosa medis adalah Skizofrenia. Mendadak aku menjadi mendengar banyak suara. Mendadak aku merasa pikiran ku seperti dibaca orang. Apa yang kupikirkan saat itu tiba-tiba menjadi nyata. Aku sangat ketakutan dengan "kebetulan" itu dan terus histeris ketakutan.
Tahun 2015 dan 2016 adalah bintang gelap bagiku. Aku sangat ketakutan, bahkan sudah minum obat penenang yang diresepkan oleh psikiatri saat itu yang juga tak kunjung membuat kesehatan mentalku membaik. Kalau kata orang pintar, aku adalah orang yang bisa "lo thung" dan mempunyai misi menyembuhkan penyakit orang yang berjodoh. Tapi saat itu keadaanku yang belum bisa menerima hal itu menjadi magnet bagi hawa negatif untuk terus mendekatiku.
Saat itulah, ibuku ingat. Dahulu waktu kecil, aku pernah "disembuhkan" Dewi Kwan Im di daerah Taman Cibodas. Sehingga pada malam Che It atau Cap Go saat itu diajak kedua orang tuaku pergi ke Kelenteng tersebut lagi.
Sesampainya di Kelenteng Dewi Kwan Im, kami harus mengantri cukup lama. Dan itu tidak mengherankan, karena waktu itu adalah hari Che It atau Cap Go. Saat itu bukan saat pengobatan yang paling kuingat, melainkan saat aku mengantri untuk pengobatan. Aku melihat sesuatu yang nyatanya hingga saat ini masih memotivasiku untuk membaca Paritta.
Saat itu, di teras Kelenteng ada sebuah Altar Mak Kwan Im, tidak terlalu mewah. Tapi banyak sekali anak-anak kecil hingga remaja yang duduk dan berlutut membaca Da Bei Zou untuk Dewi Kwan Im. Membaca dengan sangat keras dan membuatku sedikit tersenyum. Entah mengapa, hatiku sangat senang dan sejak saat itu aku termotivasi untuk bersembah-sujud juga kepada Sang Buddha dan membaca Paritta untuk memuja Sang Buddha.
Di rumahku juga ada Altar yang memuja Sang Buddha. Bersembahyang menggunakan tata cara Yi Guan Dao dan tak lupa melantunkan Milezhenjing 3x, Moheboriboluomiduoxinjing 3x Baisuilaorenbaixiaojing 1x, Jingtiandishencou 3x, dan Huixiangji 3x untuk pelimpahan jasa membacakan Paritta. Semua kubacakan ketika sembahyang sore hari.
Lalu apa manfaat membaca banyak Paritta? Bagi orang-orang membaca Xin Jing adalah Paritta yang menenangkan hati. Sedangkan Milezhenjing adalah Paritta akhir zaman untuk melawan kegelapan. Sehingga bagi orang-orang yang sering diganggu oleh makhluk astral dan menolak bala, bencana, dan musibah, melantunkan Milezhenjing adalah yang paling baik. Paritta untuk mendoakan orang tua, sanak saudara dan keluarga adalah Baisuilaorenbaixiaojing.