Hua Gong Berduka

Daun-daun berguguran di depan Hua Gong

Aku tidak pernah melihat bunga di pekarangan

Tapi ia datang karena seseorang yang berharga telah pergi

Bunga-bunganya sangat banyak 

Dan pekarangan yang gersang mencerminkan kesedihan


Aku melihat sosok terakhirNya berdiri di depan Hua Gong

Guru mencapai sempurna di tengah padang lotus

Yang lebih indah daripada pekarangan yang tandus

Apalah arti tempat yang megah jika tiada Guru?


Karena aku telah kehilangan seorang Guru Besar

Dan tiada yang bisa mengerti kesedihan hatiku

Hua Gong terlihat muram saat musim gugur

Dan rasa kue bulan yang perlahan menjadi hambar

Hilangnya semangat untuk membina diri

Semua berpakaian gelap melambangkan kesedihan selamanya


Kebahagiaan festival musim gugur yang berganti dengan air mata

Saat Hua Gong tidak lagi menggantung lampion pada tanggal 15

Menutup altar Buddha dengan kain merah

Di bulan 8 saat musim gugur

Angin berhembus dengan nafas bercampur air mata

Sungguh perpisahan yang menyayat hati

Popular posts from this blog

Kisah di Balik Cetya Rumah Saya

Perasaan Sebagai Ksatria

Toko Jamu "Tjap Nyonya Kaya" Milik Ryu Kintaro

Janji Sehidup Semati (Memperbaiki Hubungan Suami Istri)

Mengenang Ko Aming

Mengenang Ko Andri (Li Ciang She/Penceramah Li)

Mari Kita Mendaur Ulang Kertas

Kembang Tahu Matahari

Mengenang Alexander Arvy

Nasi Campur Che It dan Cap Go