Aku & Eclairs


"Ciit, ciit, ciit...", siul burung di pagi hari. Aku terbangun, jam dinding menunjukkan pukul 7 pagi. 


Saat aku terbangun, ibuku mengajakku ke pasar. Segera aku menyikat gigi dan menyuci wajahku. Aku sangat bersemangat, karena aku ingin membeli "Kue Sus" kesukaan ku.


Ibuku mengajakku ke "Pasar Kaget", pasar yang lumayan jauh dari rumah ku. Kami harus berjalan kaki dan melewati sebuah perkampungan untuk sampai di pasar tersebut.


Setibanya di sana, ada satu ibu-ibu Tionghoa menjual kue-kue basah khas Barat seperti Kue Tart, Brownies Panggang, Kue Sus, dan Eclair.  Semua kue itu berbentuk kecil-kecil dan imut. Ibuku dan aku sangat suka membelinya, karena rasanya enak dan juga hiasan kuenya sangat menarik.


Hingga dewasa ini, ada yang kusesali. Dulu aku tidak tahu kue itu disebut Eclair. Aku hanya tahu, itu seperti Kue Sus panjang tapi isinya Krim Cokelat. Seandainya saat itu aku tahu kue itu adalah Eclair. Pasti aku akan menikmatinya dengan penuh hikmat. Mengapa? Karena ternyata Eclair, nama salah satu versi sistem operasi Android.


Di tahun 2014, saat aku masih kuliah di sebuah universitas. Mini Market nya menjual Eclair dan aku sering membelinya. Kulit luar Eclairnya dingin dan keras, tetapi krim cokelatnya banyak jadi rasanya tetap enak. Mas-mas Lawson meletakkan Eclair di kulkas. Sehingga Krim Cokelatnya ada sensasi dingin menyejukkan mulut. Aku sangat menikmatinya dan aku sering mengingatnya karena itu salah satu nama versi sistem Android.


Eclair sangat jarang ditemukan. Kalau pun ada pasti harganya lumayan mahal. Saat aku masih kecil dan saat aku berada di kampus, Eclair yang dijual, harganya masih terjangkau. Tapi tentunya, ada rasa, juga ada kualitas. Aku merasa Eclair masa kecil ku masih jauh lebih enak dibanding Eclair 2014 ku. Karena kulit luarnya di buat sangat empuk dan meleleh sekali krim cokelatnya.


Hingga saat ini aku masih bersyukur karena pernah makan Eclair yang enak, yang dijual di kaki lima di masa kecil ku dulu. Seandainya penjualnya lebih rajin, dia pasti bisa membuka toko kue yang lebih baik dibanding menjajakkan kue mewah di pasar, di kaki lima. Akan tetapi, kita tidak pernah tahu jalan hidup seseorang, bukan? Bisa saja dia telah membuka toko kue yang menyewa kios. Karena saat saya kelas 3 SD, ibu-ibu itu sudah tidak berjualan kue lagi di pasar.


-//-

Popular posts from this blog

Kisah di Balik Cetya Rumah Saya

Perasaan Sebagai Ksatria

Toko Jamu "Tjap Nyonya Kaya" Milik Ryu Kintaro

Janji Sehidup Semati (Memperbaiki Hubungan Suami Istri)

Mengenang Ko Aming

Mengenang Ko Andri (Li Ciang She/Penceramah Li)

Mari Kita Mendaur Ulang Kertas

Kembang Tahu Matahari

Mengenang Alexander Arvy

Nasi Campur Che It dan Cap Go