Gadis Pembawa Lentera

Pada jaman dahulu kala dinasti Song akhir, ada seorang gadis bernama 张繡恩 (Zhang Xiu En) yang hidup bersama kakeknya. Sejak kecil orang tua Xiu En telah meninggal karena sakit sehingga akhirnya sejak berusia lima tahun harus tinggal bersama kakeknya di sebuah gunung bernama Pu Tuo Shan. 

Sejak berusia sebelas tahun En-en (nama kecil Xiu En) menyadari banyak sekali petapa Buddhisme ingin bertapa di gunung Pu Tuo Shan. Konon katanya, di Puncak Pu Tuo Shan ada seorang biksu yang berhasil mencapai kesadaran tertinggi dan orang-orang ingin berguru dengan biksu tersebut. 

Selama tinggal di kaki gunung tersebut, kakeknya tahu bahwa kabar itu benar. Tetapi pergi mendaki gunung hanya untuk membuktikan kebenaran itu justru malah membuat nyawa sia-sia. Banyak sekali pembina diri yang tidak berhasil pergi ke puncak gunung tersebut dan akhirnya mati sia-sia. 

Untuk itu sejak En-en masih kecil, kakeknya sudah mampu menguasai dan melacak pembina diri yang membutuhkan pertolongan ketika mendaki gunung Pu Tuo Shan. Dan En-en menyadari hal itu ketika berusia sebelas tahun. 

En-en mulai aktif menolong dan mencegah orang-orang untuk mendaki puncak gunung Pu Tuo Shan. Dan berusaha agar mereka menghentikan pertapaan ekstrim yang membuat nyawa mereka melayang. Mereka semua adalah laki-laki yang ingin membina sempurna. Namun kebanyakan celaka karena pendakian yang curam. 

Mengetahui kabar kakek dan En-en yang selalu mencegah pembina diri mendaki gunung. Mereka (pembina diri) pergi ke gunung di tengah malam yang mana juga memperbanyak jatuhnya korban jiwa. En-en dan kakeknya entah telah berapa banyak menguburkan pembina diri yang meninggal akibat mendaki gunung di tengah malam. 

Mengetahui hal itu, En-en pun mulai fokus menyatukan pikiran dan perasaan. Mempertajam insting dan firasat. Pergi keluar rumah setiap jam dua tengah malam dan membawa lentera untuk mencegah dan menolong para pendaki gunung. 

Hasilnya banyak sekali pendaki gunung yang dibawa pulang oleh En-en ke rumah kakeknya. Kebanyakkan dari mereka mengalami kelelahan ekstrim dan hiportemia akibat mendaki gunung tengah malam. Yang merupakan penyebab mereka meninggal di pagi hari. 

Bagi keluarga para pembina diri yang mendaki ke gunung Pu Tuo Shan, En-en dan kakeknya adalah harapan hidup orang-orang yang mereka sayangi. Meskipun tidak pernah melihat langsung, tapi keluarga pendaki gunung tersebut sangat berterima kasih pada Niang-niang (En-en disebut Niang-niang atau titisan Dewi Guan Yin) telah melindungi anggota keluarganya yang tersesat pandangannya. Sejak saat itu, membina diri tidak lagi identik dengan bertapa dan pergi menyendiri mencari ilmu di gunung atau di hutan-hutan. 

Di usia ke lima belas di bulan 7 tanggal 6, En-en harus merampungkan misinya sebagai penolong umat manusia yang sesat pemikirannya sebagai pembina diri. En-en meninggal dalam misinya ketika mencari pendaki gunung tengah malam. Ia terperosok jatuh ke jurang yang dalam dan meninggal di tengah hujan yang deras. Dan tragisnya, jenazahnya tak bisa diketemukan oleh kakeknya. 

Banyak pembina diri yang menginap di gubuk kakeknya berpikir pasti En-en adalah Dewi Guan Yin yang telah kembali ke surga dan tidak akan kembali lagi. Sontak kabar ini menyebar dan muncullah istilah "Guan Yin Pu Sa Pembawa Lentera". Karena En-en selalu membawa lentera setiap kali pergi menolong pembina diri di tengah malam. 


Popular posts from this blog

Kamu Polos Seperti Bayi

Serba-serbi Sekolah Minggu Du Jing Ban

Rhythm of the Rain

Kepribadian Ganda

Aku Yakin Bisa Menemukan Bunga Yang Indah

Kisah Ma Xiu Niang dan Zhan Yu He

Lahir Lebih Awal

Kisah Pengorbanan Istri

Si Mian Fo Dalam Empat Kepribadian Manusia

Mengapa Angin Bertiup?