Jangan Menunda Apa yang Bisa Kita Lakukan Hari Ini
Kita tidak bisa menyesali masa depan.
Belajar dari permintaan
terakhir seorang bhiksu.
Di akhir periode Edo di
Jepang (1603 – 1868), ada seorang bhiksu dan pendeta utama yang tersohor Bernama
Sengai yang tinggal di Hakata, di pulau barat Kyushu.
Ketika Sengai menjelang
ajal, murid-muridnya berkumpul untuk mendengar permintaan terakhirnya. “Aku
tidak mau pergi bersama kematian”, katanya, artinya dia tidak ingin mati. Tentu
saja ini tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan sebagai permintaan terakhir
seorang guru Zen, jadi para murid semakin mendekat ke tempat tidurnya dan
sekali lagi menanyakan kata-kata terakhirnya.
Dia berkata, “Tetap saja,
aku tidak mau pergi bersama kematian.”
Bahkan bagi pendeta yang
tersohor ini, yang memasuki pertapaan pada usia sebelas tahun dan mengabdikan
diri untuk pelatihan rohani Zen selama 88 tahun hidupnya – dan yang dianggap
sudah mencapai pencerahan – tetaplah ada kelekatan dengan dunia ini.
Seratus persen dari kita
akan mati – ini adalah takdir manusia. Kita tahu ini, tetapi ketika menghadapi
kematian, kita masih berpegangan kuat-kuat pada kehidupan. Ketika menemui akhir
hidup saya sendiri, saya akan memiliki sesedikit mungkin kelekatan. Saya ingin
meninggalkan dunia ini dengan pikiran bahwa hidup saya selama ini adalah hidup yang
baik.
Saya harap saya bisa menghidupi
konsep Zen bahwa cara kita hidup harus selaras dengan pemahaman kita tentang
kehidupan dan bahwa kita harus berusaha keras mencapai hal-hal yang mampu kita
capai.