Ketika Makan, Berhenti Sejenak di Setiap Suap
Menikmati rasa syukur.
Praktik Zen bukanlah hanya meditasi duduk.
Makanan para bhiksu yang mempraktikkan Zen didasarkan pada makanan Shojin, atau makanan vegetarian Buddhis. Sarapan, yang disebut shoshoku, terdiri atas bubur beras dan acar. Makan siang, atau tenshin, adalah nasi dan sup, sekali lagi dengan acar. Dan makan malam, atau yakuseki, adalah santapan sederhana, meski biasanya merupakan santapan terbesar pada hari itu, terdiri atas masakan sayuran, nasi, dan sup. Porsi kedua hanya boleh nasi, dan daging tidak pernah dimakan.
Cara yang benar untuk menyantap makanan Zen disebut "Lima Perenungan". Sederhananya:
- Kami mempertimbangkan upaya orang-orang yang telah mendatangkan makanan itu kepada kami, dan bersyukur untuk mereka.
- Kami merenungkan tindakan kami sendiri, dan diam-diam berpartisipasi.
- Kami menikmati makanan, tanpa serakah, marah, atau tak peduli.
- Kami menganggap makanan sebagai obat untuk merawat tubuh dan semangat kami.
- Dengan penuh syukur, kami menerima makanan sebagai bagian dari jalan harmonis kami menuju pencerahan.
Kami merenungkan lima hal ini setiap kali makan, mengungkapkan rasa syukur untuk makanan, dan berhenti sejenak di setiap suap dan meletakkan sumpit kami. Tujuan dari pemberhentian sejenak ini adalah agar kami mampu menikmati perasaan syukur bersama setiap kunyahan.
Makan bukanlah sekadar untuk memuaskan rasa lapar. Makan adalah saat yang penting untuk mempraktikkan pelatihan kita.