Bali, 2012

Tahun ini 2012, kakak perempuan ku memesan tiket ke Bali dari setahun lalu. Dan hari ini adalah waktunya mengabulkan harapan kami. Kami akan pergi sekeluarga ke Bali. Saat itu aku masih ingat, aku memakai Samsung Galaxy Young dan kakak ku membawa kamera poket merek Casio. 


Kakak ku sudah mengurus semuanya. Sesampainya di Bali, kami dijemput seorang Bli yang ramah. Untuk pertama, kami dibawa ke Pantai Kuta. Aku pikir aku pernah pergi ke pantai yang lebih baik dari Pantai Kuta. Yah, kampung halaman ayah dan ibuku punya pantai yang lebih baik yaitu Pantai Trikora.


Aku cukup aneh dengan kaos oblong "Hard Rock" dan celana pendek berwarna krim dan memakai sepatu dan kaos kaki pergi ke pantai. Aku benar-benar tidak percaya diri dan merasa sangat canggung. Ketika datang ke Pantai Kuta, aku merasa tidak nyaman karena apa yang ku kenakan dan juga karena ramainya pantai itu.


Segala hal di Bali kulalui dengan menyenangkan, tapi tidak lebih menyenangkan dengan apa yang masih kuingat. Aku masih ingat, di hari pertama kami lapar dan Bli merekomendasikan sebuah tempat makan vegetarian. Kami tidak bisa mencari tempat makan vegetarian seperti saat ini karena saat itu GPS masih belum secanggih saat ini.


Coba kamu terka, restoran apa itu? Aku tidak tahu namanya apa? Sebuah restoran yang menurutku cukup mewah. Dengan banyaknya patung Buddha Maitreya terpampang di lemarinya. Lemarinya terdiri dari kotak-kotak, dan tiap kotak berisikan patung Buddha Maitreya. 


Kami duduk di lantai atas. Dari atas kami bisa melihat pemandangan taman (outdoor) yang juga tempat makan restoran tersebut. Sayangnya kami tidak bisa terlalu menikmati pemandangannya karena sudah malam.


Di menu terpampang, rata-rata makanannya terbuat dari tahu dan tempe. Dan kami pun terpaksa memesannya karena sudah tidak ada pilihan lain. Saat itu, aku tidak terlalu bahagia, aku makan dengan tenang tapi biaya yang harus dikeluarkan juga tidak sedikit. 


Saat kami pergi ke sebuah pantai yang aku tidak berkesan bagiku. Di tengah ketersesatan kami yang buta arah, kami menemukan sebuah rumah makan khas India. Saat masuk, aku melihat banyak sekali orang India yang bekerja di sana.


Entah bagaimana? Tiba-tiba waitress membawakan kami semua Nasi Goreng di dalam sebuah periuk bersama yogurt. Periuk itu terlihat kecil, dan kami mendapatkannya satu orang satu. Nasi Goreng itu berwarna kuning dan dengan Yogurt yang juga aku pikir itu cukup aneh?


Aku mulai mengarang cara makannya. Aku memindahkan nasi goreng ku ke piring yang juga telah disiapkan. Untuk pertama, aku mencobanya tanpa memakai Yogurt. Wah! Ternyata nasi goreng kari India! Rasanya sangat enak, tapi tidak asin.


Aku tidak bisa melupakan untuk pertama kalinya aku makan makanan India. Untuk kedua kali, aku memakaikan Yogurt di nasi goreng ku. Aku memakannya dan terkejutnya, aku benar-benar bisa memakannya dengan baik. Apakah di kelahiran lalu aku orang India? Pikirku, dan aku merasa ini keren. Aku seperti terbiasa dengan makanan yang kubilang aneh ini. Untuk Yogurtnya sendiri, aku juga sangat terkesan. Yogurtnya tawar dan kental, rasanya sangat gurih menurutku.


Selama di Bali aku banyak menemukan hal yang mengesankan. Aku merasa Bali adalah rumah ku yang nomor dua. Aku menemukan banyak sekali budaya Bali yang cocok dengan ku, seperti sesajen di depan pintu. Sesembahan Dewa-Dewi, sampai sepanjang jalan kutemukan banyak sekali orang menjual karya patung dewa-dewa dan Buddha. Aku benar-benar terbiasa dengan semua itu. Kemudian aku berpikir lagi, "apakah di kelahiran yang lalu aku juga pernah lahir di Bali?" Hahaha... Jangan terlalu dipikirkan, itu hanyalah pikiranku, seorang anak SMK yang ingin terdengar keren.


~Sekian~

Popular posts from this blog

Kisah di Balik Cetya Rumah Saya

Perasaan Sebagai Ksatria

Toko Jamu "Tjap Nyonya Kaya" Milik Ryu Kintaro

Janji Sehidup Semati (Memperbaiki Hubungan Suami Istri)

Mengenang Ko Aming

Mengenang Ko Andri (Li Ciang She/Penceramah Li)

Mari Kita Mendaur Ulang Kertas

Kembang Tahu Matahari

Mengenang Alexander Arvy

Nasi Campur Che It dan Cap Go