Kebajikkan Yang Mulia

Pada zaman dahulu aku adalah orang klasik

Dan musik yang kudengar adalah musik rakyat

Hingga saat ini, gadis-gadis itu memperdengarkan ku

Musik dengan tamborin yang dipukul

Dan mereka menari di hadapan ku seperti api unggun

Laki-laki yang suka segala sesuatu yang klasik memang agak sentimental

 

Gadis-gadis itu memetik bunga dan memisahkan setiap mahkota bunganya

Lalu kami pergi ke air terjun untuk menabur bunga

Seorang pengembala memainkan tanbur di tengah hutan

Kami duduk di bebatuan granit dan bernyanyi-nyanyi

Aku yang kebingungan ikut larut dalam acara kecil mereka

Angin-angin itu bersiul di telinga ku, aku melihat sebuah kupu-kupu

 

Aku mengikutinya dan meninggalkan para gadis yang sedang asyik bernyanyi

Seorang rakyat jelata seperti ku tidak pantas menemukan Yang Mulia seperti dia

Aku hanya memakai sandal dari jerami sedangkan dia memakai sepatu kulit

Aku pergi dari hadapannya dan dia tanpa sengaja memanah ku

Saat ku tersadarkan aku berada di sebuah istana dengan bibi yang tidak kukenal

Ia berkata Yang Mulia membawaku dan mengobati luka ku

Tak berapa lama, Yang Mulia masuk ke kamar dan langsung meminta maaf

Aku hanya rakyat jelata dan hidup dalam keyatim-piatuan

Ia mengasihani ku dan berkata “mulai sekarang kau adalah saudaraku”

“dan tinggallah dengan ku untuk menjadi teman masa kecil ku yang paling indah”

 

Dia memberiku bubur gandum dan madu sebagai tanda persaudaraan

Ia suka mentega dan susu kambing, mengapa dia mengetahui ku?

Pertanyaan yang selalu ada di hatiku

Mungkin ini jodoh dan jawaban yang tersembunyi di hatiku dan dia

Seseorang yang sendiri biasanya lebih sensitif

 

Aku bermain bola dari jerami pemberiannya

Pada hari-hari Minggu aku selalu menemaninya berburu tupai

Tapi aku terbiasa memanen anggur liar di tengah hutan

Aku selalu berharap teman-teman perempuan ku menghampiri ku lagi

Tapi aku baru tahu ketika Yang Mulia berkata

Teman-teman perempuanku adalah peri hutan

 

Dan saat menemukan tidak ada suara apa pun dan aku sendiri

Hari mulai gelap, dan Yang Mulia dan aku akan mengikuti raja berkemah

Ia menceritakan banyak hal padaku hingga tertidur

Aku seperti mendengar dongeng dari ibuku

Dan aku keluar hendak duduk di dekat perapian bekas merebus air

Aku mendengar lagi suara-suara para gadis itu bernyanyi

Saat kulihat ke belakang, Yang Mulia keluar kemah mencariku

….

Popular posts from this blog

Kisah di Balik Cetya Rumah Saya

Perasaan Sebagai Ksatria

Toko Jamu "Tjap Nyonya Kaya" Milik Ryu Kintaro

Janji Sehidup Semati (Memperbaiki Hubungan Suami Istri)

Mengenang Ko Aming

Mengenang Ko Andri (Li Ciang She/Penceramah Li)

Mari Kita Mendaur Ulang Kertas

Kembang Tahu Matahari

Mengenang Alexander Arvy

Nasi Campur Che It dan Cap Go