Biografi Singkat Helen Keller
Berawal dari gua mencari sebuah biografi inspiratif untuk tugas gua :). Dan yang terpikir pertama kali di benak gua adalah Helen Keller. Awalnya gua kira Helen Keller si manusia ajaib adalah tokoh fiktif belaka (karena gua waktu dulu pernah baca komik Topeng Kaca, dan kebetulan ceritanya dua orang tokoh utama lagi audisi buat main peran Helen Keller. Hehehehe...). Tapi karena tugas ini, gua pengen mencari sesosok tokoh yang mungkin belum pernah didengar namanya oleh sebagian orang, hingga akhirnya tercetuslah Helen Keller di benak gua dan setelah gua baca kisah hidupnya, ternyata sangat inspiratif bagi setiap orang dan semangat hidup beliau memang patut dicontoh :')...
![]() | ||
Helen Keller |
Lahir dari pasangan Kapten Arthur Henley Keller dan
Kate Adam Keller, Helen
Adam Keller (Hellen Keller) lahir di Tuscumbia, Amerika Serikat, pada tanggal
27 Juni 1880. Helen dilahirkan dengan keadaan tubuhnya normal. Hingga di usia 19 bulan sebuah penyakit yang
mengubah hidupnya menggerogotinya. Saat itu Helen kecil harus bersiap menerima
kenyataan bahwa ia harus menjadi anak yang berbeda dibanding dengan anak-anak
lainnya. Ia divonis sakit “demam otak” oleh dokter dan hidupnya tak akan lama
lagi. Namun, vonis dokter tidak mempengaruhi keluarganya yang tetap yakin bahwa
putri mereka akan kembali sehat.
Hari-hari berlalu dan harapan kembali sehatnya Helen akhirnya terkabulkan.
Tapi, sejak saat itu ada yang berbeda dengan Helen. Helen menjadi tak bisa
merespon apa yang dikatakan dan diberikan oleh ibunya. Akibat penyakit itu,
Helen menjadi tuli dan buta.
Sejak saat itu, Helen menjadi anak yang sangat liar. Ia selalu menghancurkan
piring dan lampu-lampu di rumahnya. Tak jarang ia berteriak-teriak sendiri dan
tingkahnya penuh dengan amarah. Para kerabat menganggapnya sebagai “monster”
dan berpendapat Helen harus ditempatkan ke sebuah intuisi.
Beberapa tahun akhirnya terlewati dan Helen telah berusia tujuh tahun.
Saat itu, perjalanan hidup Helen untuk menjadi Helen yang baru dimulai. Orang
tua Helen yang telah putus asa, akhirnya mempercayakan Helen kepada Anna
Sulivan yang menderita gangguan penglihatan untuk menjadi guru pribadi dan mentor Helen di
rumah.
Saat itu, Anne mengajarkan Helen untuk berkomunikasi dengan huruf
braile. Bisa dibayangkan betapa beratnya ketika Anne mengajar Helen. Tapi itu
semua terbayar ketika Helen sudah bisa mengenali benda-benda di sekitarnya
seperti air, tanah, dan boneka, dan menuliskan benda-benda itu dalam huruf
braile. Puncaknya terjadi pada tanggal 5 April 1887, Anne menuntun Helen ke
pompa air. Anne memompa air ke salah satu tangan Helen sambil mengeja huruf
braille air (water) di tangan Helen yang satu lagi. Seketika itu keajaiban
terjadi, Helen mulai mengerti kata-kata yang diajarkan oleh Anne. Ia mulai
menanyakan beberapa nama barang yang disentuhnya kepada Anne lewat bahasa
isyarat, dan Helen juga menanyakan nama
untuk Anne. Anne pun menjawabnya dengan mengeja kata “guru” di atas tangan
Helen.
Sejak saat itu, kemajuan Helen sangat mencengangkan. Kemampuan
belajarnya
maju pesat dan tak
butuh waktu
lama, akhirnya
Anne mengajar Helen untuk membaca.
Dimulai dengan huruf timbul, lalu dengan braille, kemudian menulis dengan mesin
tik biasa dan mesin tik braille. Saat itu, Anne juga mengajari Helen untuk berbicara lewat
gerakan mulut. Helen juga belajar bahasa Perancis, Jerman, Yunani, dan Latin
lewat braille.
Pada usia 11 tahun, Helen menerbitkan buku pertamanya “The King Frost” tahun 1891. Meski pun
begitu, saat itu Helen harus menghadapi tuduhan bahwa buku pertamanya telah
menjiplak buku “The Frost Fairies”,
karya Margaret Canby. Namun, saat itu hasil dari sebuah penyelidikan mengatakan
Helen mungkin saja mengalami kasus cryptomnesia,
yaitu saat di mana cerita karya Margaret Canby tersebut pernah dibacakan
untuknya tapi Helen lupa hal itu. Sedangkan ingatannya akan cerita itu tetap
ada di alam bawah sadarnya.
Beberapa tahun setelah peristiwa itu, pada tahun 1900 Helen masuk ke
sebuah perguruan tinggi. Radcliffe nama perguruan tinggi tersebut. Saat itulah,
Anne menulis buku keduanya berjudul “The
Story of My Life”, berisi tentang kehidupannya hingga berusia 21 tahun dan
diterbitkan ketika usianya 22 tahun. Hingga pada tahun 1904, Helen berhasil
menyelesaikan pendidikannya di Radcliffe dengan predikat “Magna Cum Laude”.
Pada tahun 1908, Helen kembali menuliskan tentang perasaannya terhadap
dunia berjudul “The World I Live in”.
Kemudian pada tahun 1913, Helen menulis essai nya yang berjudul “Out of The Dark”, yang merupakan seni
essai sosialisme. Dan pada tahun 1927 Helen menuliskan tentang kehidupan
spiritualnya yang dituangkan dalam buku berjudul “My Religion” yang kemudian diterbitkan lagi dalam judul “Light in My Darkness”.
Semenjak terbitnya buku “Out of
The Darkness”, Helen dan Anne mulai melakukan tur untuk berceramah. Dengan
Anne yang berperan menjelaskan maksud Helen dalam berceramah, semua orang yang
pernah mendengarkan ceramahnya termasuk salah satunya Ratu Inggris sangat
terkesan dengan semangat dan ceramah-ceramah yang diberikan Helen. Dari
ceramah-ceramah itulah ia berhasil mengumpulkan dana yang kemudian disumbangkan
kepada orang-orang yang buta dan tuli.
Pada tahun 1921, kabar duka menghampiri Helen. Ibunya, Kate telah
meninggal dunia akibat penyakit yang tidak diketahui. Tentu saja hal ini
membuat Anne menjadi satu-satunya orang yang berada dalam hidup Helen. Tapi
sayangnya di tahun yang sama Anne jatuh sakit, dan di tahun 1922 Anne
didiagnosa menderita bronkitis akut yang membuatnya tidak bisa berbicara lebih
dari berbisik, sehingga ia tidak bisa lagi bekerja dengan Helen di atas
panggung. Pada waktu itulah, Polly Thomson mulai bekerja pada
Helen dan Anne pada tahun
1914 sebagai sekretaris, mengambil peran menjelaskan apa yang dimaksud Helen
kepada publik.
Pada tahun 1932, kondisi kesehatan Anne semakin memburuk. Hal ini
semakin diperparah ketika mendengar mantan suaminya yang bernama John Mancy
meninggal dunia. Akhirnya pada tanggal 20 Oktober 1936 Anne meninggalkan Helen
dan Polly untuk selama-lamanya. Dan beberapa hari setelah Anne meninggal dunia,
Hellen dan Polly pindah ke Arcan Ridge, di Westport,
Connecticut, yang akhirnya
menjadi rumah Helen hingga akhir hidupnya.
Ketika perang dunia II terjadi, sebuah serangan telah membuat rumah
Helen dan Polly terbakar. Meski pun
rumah tersebut akan dibangun kembali, rasa sedih tetap menggerayangi Helen dan
Polly. Pasalnya, kebakaran itu telah membumihanguskan buku yang ditulisnya
tentang Anne Sulivan yang berjudul “Guru”.
Setelah Perang Dunia
II, Helen dan Polly menghabiskan
waktu
bertahun-tahun untuk
melakukan perjalanan keliling dunia menggalang dana untuk yayasan tuna netra.
Mereka mengunjungi Jepang, Australia, Amerika Utara, Eropa dan Afrika.
Namun pada saat itu juga, kesehatan Polly Thomson memburuk. Ia mengalami
stroke ringan ketika berada di Jepang. Saat itu dokter telah memperingatkan
Polly untuk berhenti mengikuti tur bersama Helen. Beberapa saat kemuidan,
ketika ] keadaan Polly mulai membaik dan pulih kembali, mereka kembali mengadakan
tur untuk terakhir kalinya.
Pada tahun 1953, sebuah film dokumenter “Tak
Terkalahkan” dibuat yang mengisahkan kehidupan Helen, film ini memenangkan
Academy Award sebagai film dokumenter terbaik. Bersamaan dengan momen itu, Helen
mulai menulis
lagi bukunya “Guru”, 7
tahun setelah buku aslinya musnah, hingga akhirnya buku ini diterbitkan pada tahun 1955.
Pada tahun 1957, “Pekerja Ajaib” pertama kali dimainkan. Sebuah drama yang
memotret kesuksesan pertama Anne Sullivan berkomunikasi dengan Helen kecil. Drama ini adalah drama pertama tentang Anne dan Helen
yang ditayangkan di
televisi Amerika Serikat.
Masih di tahun yang sama, Polly Thomson kembali terkena stroke. Kali ini
keadaannya tidak akan pernah bisa pulih seperti sedia kala lagi.
Pada tahun 1959 “Pekerja Ajaib” ditulis ulang untuk
dipentaskan di Broadway dan berhasil
mendapat
sambutan hangat. Kesuksesannya berlangsung selama hampir 2 tahun.
Pada tanggal 21 Maret 1960, Polly Thompson meninggal dunia karena
penyakit stroke nya. Kini Anne hanya tinggal berdua dengan perawat yang dulu
dibawa oleh Polly Thomson untuk merawat Anne, yaitu Winnie Corbaly. Ia akhirnya
marawat Anne hingga waktu terakhirnya.
Pada Oktober 1961 Helen
mengalami serangan stroke.
Hal itu
membuatnya menarik diri dari publik.
Meski pun Helen telah pensiun dari segala aktivitasnya, tapi di
tahun 1962 drama “Pekerja
Ajaib” akhirnya diangkat ke dalam sebuah film. Film itu sangat sukses dan aktris-aktris
yang memerankan Anne dan Helen, keduanya menerima penghargaan Oscar atas peran
mereka.
Pada tahun 1964, Helen menerima medali kemerdekaan. Sebuah penghargaan
tertinggi yang diberikan negara kepada penduduk sipil, diserahkan oleh Presiden
Lyndon Johnson. Setahun kemudian,
ia terpilih menjadi salah satu wanita yang diabadikan di Hall of Fame sebuah
pameran dunia di New York.
Pada 1 Juni 1968 di
Arcan Ridge, Helen Keller meninggal dengan damai dalam tidurnya. Jenazahnya
dikremasi di Bridgeport, Connecticut dan guci abunya ditempatkan di Katedral
Nasional di Washington bersebelahan dengan abu Anne Sullivan dan Polly Thomson.
Selama hidupnya ia (Helen Keller) mendapatkan banyak penghargaan.
Beberapa penghargaan itu adalah Honorary University
Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions
Humanitarian Award. Selama
hidupnya pula ia menjadi salah satu tokoh yang membela hak asasi orang-orang
cacat. Ia mendirikan dua yayasan amal untuk orang-orang buta dan tuli yaitu American
Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind. Beberapa buku seperti The World I Live
In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille) menjadi literatur klasik di Amerika
dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Selama hidupnya pula, ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara langsung dengan para presiden dan mengumpulkan dana untuk
orang-orang buta dan tuli.
Beberapa
puluh tahun setelah kematiannya, pada tahun 1999, Helen Keller
terdaftar di buku “Orang Paling Dikagumi Di Abad Ke-20”. Pada tahun 2003,
negara bagian Alabama
menghormati Helen Keller dengan membubuhkan namanya pada kuartal negara. Dan
ada sebuah rumah sakit bernama Helen Keller di Sheffield, Alabama yang didedikasikan kepadanya. Ada juga jalan
bernama Helen Keller di Getafe,
Spanyol, di Lod, Israel dan di Lisbon, Portugal. Ada pula sebuah
pra-sekolah untuk orang tuli dan sulit mendengar di Mysore, India, dinamai Helen Keller oleh pendirinya K.K. Srinivasan. Pada tanggal 7
Oktober 2009, sebuah patung perunggu Helen Keller didirikan di National Statuary Hall, Alabama.
Patung ini menggantikan patung Yabez
Lamar Monroe Curry, tokoh pembaharu pendidikan negara bagian Alabama
dari tahun 1908. Patung ini menggambarkan Helen Keller pada usia 7 tahun,
berdiri dekat sebuah pompa air di Capitol
Visitor Center Amerika Serikat. Hal ini untuk mengenang saat ketika
Helen mengerti kata pertamanya: AIR, yang dituliskan ke tangannya oleh gurunya Anne Sullivan. Pada kaki patung itu
tertulis kutipan terkenal kata-kata Helen Keller berupa huruf timbul atau Braille: "Hal terbaik dan
terindah di dunia tidak dapat dilihat atau bahkan disentuh, tetapi hanya bisa
dirasakan dengan hati." (The best and most beautiful things in the
world can not be seen or even touched, they must be felt with the heart)
Patung ini adalah monumen pertama untuk seorang penyandang cacat dan
persembahan untuk seorang anak buta tuli yang dipamerkan untuk umum di sebuah
negara bagian di Amerika Serikat.
“Orang-orang harus tahu bahwa orang buta bukanlah
orang yang idiot ataupun jenius, mereka sebenarnya memiliki pikiran dan
tangan-tangan yang dapat dilatih, mereka mempunyai semangat besar untuk
mewujudkan apa yang mereka inginkan dan tugas orang-orang yang sempurna secara
fisiklah yang dapat menolong mereka menjadikan yang terbaik sehingga mereka
dapat menemukan cahaya” –Helen
Keller.
“Mereka merampas apa yang seharusnya adalah mataku
(Tapi aku mengingat Milton’s paradise)
Mereka merampas apa yang seharusnya adalah telingaku
(Beethoven datang dan menghapus air mataku)
Mereka merampas apa yang seharusnya adalah lidahku
(Tapi aku dapat berbicara dengan Tuhan sejak aku masih
muda)
Tuhan tidak akan membiarkan mereka merampas jiwaku.
Memilikinya, aku masih memiliki seluruhnya.” –Helen Keller